Menangani Gigitan Ular
Berhubung, aku sangat takuuuut dengan yang namanya ular, maka tulisan kali ini tentang ular, bagaimana penanganan makhluk melata itu..hihihiiyyy..
Ada dua hal prinsip dalam penanganan evakuasi korban gigitan ular berbisa yang satu sama lain menimbulkan konflik pada waktu awal kejadian, terutama bila berawal dari daerah terpencil.
o Pertama, korban harus dibawa secepat mungkin ke fasilitas gawat darurat medis, sebab anti bisa ular disiapkan disana.
o Kedua, tungkai yang tergigit hendaknya di imobilisasi untuk memperlambat penyerapan venom.
Hal – hal yang perlu dikerjakan di TKP:
1. Imoblisasi pasien sambil cegah gigitan kedua atau mengigit orang kedua. Berbarengan dengan identifikasi ular yang menggigit dengan deskripsi atau gunakan HP /foto. Tidak perlu membunuh ular yang menggigit, ular tersebut punya tugasnya yang tersendiri dalam ecosystem minimal sebagai rodent control.
2. Monitor tanda – tanda gangguan pernafasan, pendarahan dan kelemahan otot.
3. Cuci luka dengan sabun dan banyak air /mengalir
4. Lepaskan benda –benda yang ”mengikat” korban, seperti ciccin dan perhiasan lain – lain, menghindari terjepit pembuluh darah bila pembengkakan menghebat Imobilisasi luka dengan splint (tidak erat), bidai proksimal dari luka, dalam posisi fungsional) dan lebih rendah dari jantung (mengurangi penyebaran bisa), Jaga agar pasien tetap tenang
5. Luka jangan : dihisap /sedot, insisi, alkohol serta pakai es, tidak pula di listrik.
6. Siapkan transportasi secepat mungkin ke rumah sakit yang dilengkapi derngan IGD serta ICU. Hati – hati banyak IGD rumah sakit tidak siap /mampu menangani gigitan ular berbisa, bila perlu koordinasikan dulu rencana pengirimannya. 6 - 12 jam pertama merupakan saat – saat puncak kritis efek bisa terhadap sistim pernafasan serta kardiovaskuler.
7. Puasakan pasien sampai di rumah sakit dokter menentukan lain.
Penanganan medis
1. Pertama kali yang ditangani adalah kondisi gawat yang mengancam nyawa ( prinsip ABC) kesulitan bernafas memerlukan ETT (endo tracheal tube) dan ventilator. Gangguan sirkulasi darah memerlukan cairan intra vena dan mungkin berbagai obat untuk menanggulangi gejala yang timbul : nyeri, kesemutan, pembengkakan.
2. Monitor tanda – tanda kegawatan pernafasan dan kardiovaskuler.
3. Siapkan ICU /ventilator bila sewaktu – waktu terjadi gangguan pernafasan.
4. Pasang intra venous line dengan jarum besar, berikan SABU 2 ampul / dalam 500 cc Dextrose 5% / NaCL fisiologis, minimal 2000 cc per 24 jam. Maksimum pemberian SABU 20 ampul per 24 jam. Bila jenis ular yang mengigit diketahui dan ada SABU yang sesuai berarti SABU monovalen diberikan, atau alternatif bila ular penggigit tidak diketahui dapat diberikan bisa polivalen.
5. Rawat /tutup luka dengan balutan steril dan salep / kasa antibiotic /antiseptic.
6. Waspadai terjadi kompartemen sindrom : 5P (pain, pallor, pulselessness, paralysis, pale)
7. Berikan terapi suportif : tetanus toxoid, antibiotik
Berbagai teknik pertolongan pertama pada masa lalu, saat sekarang sudah tidak dianjurkan lagi, antara lain ,
· Jangan memotong dan menghisap kedaerah gigitan ular, hal itu akan lebih memperparah kerusakan yang ada, bahaya infeksi meningkat dan tidak ada hasilnya dalam mengeluarkan venom yang ada. Anjuran insisi pada lokasi gigitan ular berbisa sudah sejak sepuluh tahun terakhir ini ditinggalkan oleh pengobat sengatan ular berbisa.
· Jangan menggunakan es, karena es tidak menghambat venom, justru bisa menimbulkan frostbite.
· Jangan menggunakan rangsang listrik, karena ternyata tidak bermanfaat dan resiko luka bakar serta gangguan jantung.
· Jangan memakai alkohol, walau dapat meringankan nyeri, tetapi pelebaran pembuluh darah /vasodilatasi memudahkan penyerapan venom.
· Jangan menggunakan tourniquet atau pengikatan tungkai/lengan, terbukti tidak efektif dan meningkatkan kerusakan jaringan dengan resiko kehilangan tungkai/lengan.
*kali ini tidak ditampilkan gambarnya, karena melihat ular saja membuatku merinding..hiiiii....
Labels: doctor's file