Friday, December 18, 2015

Kejujuran

Semoga menjadi Jumat yang berkah

Assalamuallaikum

Sehelai Rambutmu Lebih Mulia Dari Jubah Ulama :
Suatu hari Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah dikunjungi seorang wanita yang ingin mengadu.
“Ustadz, saya adalah seorang ibu rumah tangga yang sudah lama ditinggal mati suami. Saya ini sangat miskin, sehingga untuk menghidupi anak-anak saya, saya merajut benang di malam hari, sementara siang hari saya gunakan untuk mengurus anak-anak saya dan menyambi sebagai buruh kasar di sela waktu yang ada.

Karena saya tak mampu membeli lampu, maka pekerjaan merajut itu saya lakukan apabila sedang terang bulan.”
Imam Ahmad rahimahullah menyimak dengan serius penuturan ibu tadi. Perasaannya miris mendengar ceritanya yang memprihatinkan.
Dia adalah seorang ulama besar yang kaya raya dan dermawan. Sebenarnya hatinya telah tergerak untuk memberi sedekah kepada wanita itu, namun ia urungkan dahulu karena wanita itu melanjutkan pengaduannya.
“Pada suatu hari, ada rombongan pejabat negara berkemah di depan rumah saya. Mereka menyalakan lampu yang jumlahnya amat banyak sehingga sinarnya terang benderang. Tanpa sepengetahuan mereka, saya segera merajut benang dengan memanfaatkan cahaya lampu-lampu itu.

Tetapi setelah selesai saya sulam, saya bimbang, apakah hasilnya halal atau haram kalau saya jual?
Bolehkah saya makan dari hasil penjualan itu?
Sebab, saya melakukan pekerjaan itu dengan diterangi lampu yang minyaknya dibeli dengan uang negara, dan tentu saja itu tidak lain adalah uang rakyat.”

Imam Ahmad rahimahullah terpesona dengan kemuliaan jiwa wanita itu. Ia begitu jujur, di tengah masyarakat yang bobrok akhlaknya dan hanya memikirkan kesenangan sendiri, tanpa peduli halal haram lagi.
Padahal jelas, wanita ini begitu miskin dan papa.
Maka dengan penuh rasa ingin tahu, Imam Ahmad rahimahullah bertanya, “Ibu, sebenarnya engkau ini siapa?”
Dengan suara serak karena penderitaannya yang berkepanjangan, wanita ini mengaku, “Saya ini adik perempuan Basyar Al-Hafi.”
Imam Ahmad rahimahullah makin terkejut. Basyar Al-Hafi rahimahullah adalah Gubernur yang terkenal sangat adil dan dihormati rakyatnya semasa hidupnya. Rupanya, jabatannya yg tinggi tidak disalahgunakannya untuk kepentingan keluarga dan kerabatnya. Sampai-sampai adik kandungnya pun hidup dalam keadaan miskin.
Dengan menghela nafas berat, Imam Ahmad rahimahullah berkata,
“Pada masa kini, ketika orang-orang sibuk memupuk kekayaan dengan berbagai cara, bahkan dengan menggerogoti uang negara dan menipu serta membebani rakyat yang sudah miskin, ternyata masih ada wanita terhormat seperti engkau, ibu. Sungguh, sehelai rambutmu yang terurai dari sela-sela jilbabmu jauh lebih mulia dibanding dengan berlapis-lapis serban yang kupakai dan berlembar-lembar jubah yang dikenakan para ulama.
Subhanallah, sungguh mulianya engkau, hasil rajutan itu engkau haramkan? Padahal bagi kami itu tidak apa-apa, sebab yang engkau lakukan itu tidak merugikan keuangan negara…”
Kemudian Imam Ahmad rahimahullah melanjutkan, “Ibu, izinkan aku memberi penghormatan untukmu. Silahkan engkau meminta apa saja dariku, bahkan sebagian besar hartaku, niscaya akan kuberikan kepada wanita semulia engkau…”.
Diriwayatkan dari Abu Bakr Ash-Shiddiq, dari Rasulullah, beliau bersabda:
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ جَسَدٌ غُذِيَ بِحَرَامٍ
“Tidak akan masuk ke dalam surga sebuah jasad yang diberi makan dengan yang haram.”
(Shahih Lighairihi, HR. Abu Ya’la, Al-Bazzar, Ath-Thabarani dalam kitab Al-Ausath dan Al-Baihaqi, dan sebagian sanadnya hasan. Shahih At-Targhib 2/150 no. 1730)

Thursday, December 17, 2015

Ayam Pop

Berhubung lagi stase luar kota, tinggal di rumah dengan peralatan masak lengkap dan dekat dg pasar tradisional, biasanya masak sendiri.. save dulu resep ini 😚

AYAM POP

Untuk 5 potong paha ayam

Bahan & bumbu:
- 5 potong dada atau paha ayam tanpa kulit + 2 sendok teh garam + 1/2 butir jeruk nipis
- 500 ml air kelapa (bisa menggunakan kelapa muda atau tua)

Bumbu dihaluskan:
- 3 siung bawang merah
- 4 siung bawang putih
- 2 buah kemiri sangrai

Bahan dan bumbu lainnya:
- 1 buah serai memarkan
- 2 cm jari jahe memarkan
- 3 cm jari lengkuas memarkan
- 4 lembar daun jeruk
- 3 lembar daun salam
- 1 sendok teh garam
- minyak untuk menggoreng 
- margarine untuk menggoreng dan mengoles ayam

Bahan dan bumbu sambal:
- 1 buah tomat merah, belah menjadi 2 bagian
- 6 buah cabai merah keriting
- 5 buah cabai rawit merah
- 4 siung bawang merah
- 3 siung bawang putih
- 200 ml air
- 1 sendok teh garam
- 1/2 buah jeruk nipis peras airnya
- 50 ml air bekas mengungkep ayam jika ada, atau air bekas merebus bahan sambal

Caranya :

Remas-remas ayam bersama garam dan air jeruk nipis, diamkan selama 15 menit. Cuci bersih dan tiriskan.

Siapkan wajan, masukkan ayam, air kelapa semua bumbu baik halus maupun yang dimemarkan. Aduk, dan rebus dengan api kecil hingga ayam matang sampai ke tulang (tidak ada darah yang masih tersisa disana).

Jika air habis dan ayam belum matang maka tambahkan air panas sedikit dan rebus hingga ayam matang. Jika ayam telah empuk namun air belum habis maka segera angkat ayam, tidak perlu menunggu hingga air rebusan habis.

Tiriskan ayam, lepaskan kulitnya. Sisihkan.

Panaskan pan anti lengket, beri minyak goreng dan 1 sendok makan margarine. Panaskan minyak hingga benar-benar panas.

Goreng ayam dalam beberapa detik saja, jangan menggorengnya sampai kering dan kecoklatan, jadi ayam hanya tercelup sebentar saja di minyak panas. Balikkan dan goreng sebentar, angkat. Warna ayam masih putih dan sedikit keemasan akibat gorengan. Tata ayam di piring dan sisihkan.

Masukkan semua bahan sambal kecuali garam dan air jeruk ke panci kecil. Rebus hingga cabai empuk dan matang. Haluskan bahan sambal (saya menggunakan blender), beri beberapa sendok air bekas merebus ayam sehingga sambal menjadi sedikit encer. Tambahkan garam dan air jeruk nipis, aduk rata.

Sajikan ayam bersama sambal dan nasi hangat. Super yummy!

Source : http://www.justtryandtaste.com

Labels:

Kisah Inspiratif: Ulama Besar Saudi Memilih Menantu

Dalam kajiannya di Al Qashim, Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin, seorang ulama besar negeri Arab yang terkenal, pernah didatangi seorang pemuda bernama Khalid yang saat itu masih berstatus sebagai mahasiswa.

Setelahnya dari majelis muhadharah tersebut, beliau menghampiri Syaikh ‘Utsaimin yang hendak pulang ke rumah. Syaikh ‘Utsaimin selalu berjalan kaki dari rumah ke tempat kajian begitu pula sebaliknya. Di tengah jalan pemuda itu nekat memberanikan diri untuk bertanya, “Syaikh, apakah Anda mempunyai anak perempuan?”

Ketika mendengar pertanyaan pemuda tersebut, Syaikh ‘Utsaimin berubah mimik mukanya dan bertanya, “Ada apa akhi?”

Pemuda itu menjawab, “Kalau ada, saya berniat meminangnya, bolehkah saya meminangnya?”

Lalu apa yang dilakukan Syaikh ‘Utsaimin? Apakah beliau bertanya usaha bapak kamu apa? Kamu sudah hafal hadits berapa? Sebelumnya kamu lulusan apa? Gaji kamu berapa? Tabungan kamu berapa? Bahkan Syaikh ‘Utsaimin tidak memberikan sebuah pertanyaanpun kepada pemuda ini, Syaikh ‘Utsaimin hanya berkata, “Tunggulah kabar dariku, Insya Allah akan aku telepon…”

Lalu dalam hari-hari penantian kabar tersebut, pemuda ini mengalami kegelisahan juga, satu hari berlalu, dua hari berlalu, hingga sepekan berlalu. Ia bertanya dalam hati, “Apakah Syaikh lupa ya, perlukah saya mengingatkannya?”

Namun, pemuda ini teringat perkataan Syaikh yang menyuruhnya menunggu. Hingga akhirnya sebulan setelah peristiwa itu ada telepon yang dialamatkan ke asrama. Namun kebetulan pemuda itu sedang kuliah.

Akhirnya dari pihak asrama menyampaikan ke pemuda ini bahwa beliau dicari oleh Syaikh ‘Utsaimin. Dalam hati dia bertanya, “Kenapa ya Syaikh ‘Utsaimin mencariku?”

Ternyata pemuda ini sudah agak pesimis dan bahkan agak melupakan tentang permintaannya.

Ketika beliau melepon Syaikh ‘Utsaimin, beliau bertanya, “Ada apa Syaikh?”

“Aku ingin melanjutkan pembicaraan kita waktu itu akhi?”

“Pembicaraan yang mana, Syaikh?”

“Pembicaraan ketika kamu menyusul saya di jalan. Akhi, silahkan kamu lanjutkan prosesnya..”

Pemuda itupun terkejut, ternyata Syaikh ‘Utsaimin masih mengingatnya dan beliaupun akhirnya membalas pernyataan Syaikh ‘Utsaimin dengan terbata-bata, “Syaikh, perkenankan saya mengabari orang tua saya terlebih dahulu untuk kelanjutannya…”

“Silahkan akhi, saya tunggu kedatangan kalian…”

Ternyata pemuda yang bermodal nekat ini juga belum memberitahukan orangtuanya kalau beliau hendak melamar anak Syaikh ‘Utsaimin.

Pertanyaannya adalah apa yang dilakukan Syaikh ‘Utsaimin selama satu bulan tersebut? Inilah adab ‘ulama yang harus dicontoh oleh wali seorang anak perempuan…

Syaikh ‘Utsaimin ternyata menyelidiki sendiri tentang pemuda ini, dari pergaulannya, bagaimana di mata teman-temannya, di mata gurunya, bagaimana keseriusan dalam belajarnya, prestasinya di kampus, latar belakang keluarganya. Itu beliau lakukan sendiri! Bukannya langsung ditanyakan kepada pemuda itu di tempat itu dan saat itu juga. Dan akhirnya setelah mengetahuinya dengan jelas, barulah beliau memutuskannya setelah bermusyawarah dengan keluarga beliau.

Pemuda ini adalah pria pada foto di atas, ia adalah Syaikh Dr. Khalid Al Mushlih yang saat ini menjadi salah satu ulama yang dikenal di negeri Arab.

dr:cintaislamidotcom

Labels:

Monday, December 14, 2015

Love story ❤

Kisah Cinta Orang Terbaik

Suatu ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah pulang terlambat ke rumah Aisyah Radhiyallahu Anha karena menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan oleh para sahabatnya. Setelah larut malam, kecemasan Aisyah bertambah. Ia tak bisa tidur, akhirnya hanya bisa terjaga menunggu suami yang paling dicintainya tersebut.

Rasulullah pun berjalan dengan cepat kerumahnya, Beliau tak tega jika istrinya terlalu lama cemas dan menunggu kedatangannya. Namun, niatnya untuk mengetuk pintu hilang begitu saja karena tak ingin membangunkan istri tercintanya.

Akhirnya, Beliau menggelar sorban didepan pintu dan kemudian tidur diatasnya. Dinginnya malam lebih dipilihnya daripada harus membangunkan istri tercinta. Padahal dibalik pintu itu, Aisyah pun tertidur karena ia khawatir tak mendengar suara ketukan pintu suaminya.

Sungguh, cinta karena ketaatan kepada Allah lebih indah dari cinta jenis manapun. Masya Allah..

Labels:

Saturday, December 5, 2015

Barokah

APA ITU "BAROKAH" ?

Barokah adalah kata yg diinginkan oleh hampir semua hamba yg beriman, karenanya orang akan mendapat limpahan kebaikan dalam hidup.

Barokah bukanlah cukup & mencukupi saja, tapi barokah ialah ketaatanmu kepada الله dg segala keadaan yg ada, baik berlimpah atau sebaliknya.

Barokah itu: "albarokatu tuziidukum fi tho'atillah~ barokah menambah taatmu kepada الله.

Hidup yg barokah bukan hanya sehat, tapi kadang-kadang sakit itu justru barokah sebagaimana Nabi Ayyub عليه السلام, sakitnya menambah taatnya kepada الله.

Barokah itu tak selalu panjang umur, ada yg umurnya pendek tapi dahsyat taatnya layaknya orang2 sholeh

Tanah yg barokah itu bukan karena subur & panoramanya indah, karena tanah yg tandus seperti Makkah punya keutamaan di hadapan الله tiada yg menandingi.

Makanan barokah itu bukan yg komposisi gizinya lengkap, tapi makanan itu mampu mendorong pemakannya menjadi lebih taat
setelah makan.

Ilmu yg barokah itu bukan yg banyak riwayat & catatan kakinya, tapi yg barokah ialah yg mampu menjadikan seorang meneteskan keringat & darahnya dalam beramal & berjuang untuk agama الله.

Penghasilan barokah juga bukan gaji yg besar & bertambah, tapi sejauh mana dia boleh jadi jalan rizqi bagi yg lainnya & semakin banyak orang yg terbantu dgn penghasilan tersebut.

Anak² yg barokah bukanlah saat kecil mereka cantik & pandai atau setelah dewasa mereka berjaya bergelar & mempunyai pekerjaan & jabatan hebat, tapi anak yg barokah ialah yg senantiasa taat kepada RabbNya & kelak di antara mereka ada yg lebih sholeh maupun sholehah tak henti²nya mendo'akan kedua Orang tuanya.

Semoga hari ini menjadi barokah bagi semua😇🙏

(Repost)

Labels:

Tuesday, December 1, 2015

🍃🌺10 Sifat Wanita yang Mendatangkan Rezeki Bagi Suami 🌺🍃



Banyak suami yang mungkin  tidak tahu bahwa rezekinya dengan izin Allah mengalir lancar atas peran istri. Memang tidak bisa dilihat secara kasat mata, namun bisa dijelaskan secara spiritual bahwa 10 sifat istri ini ‘membantu’ mendatangkan rezeki bagi suaminya.

1. Istri yang pandai bersyukur

Istri yang bersyukur atas segala karunia Allah pada hakikatnya dia sedang mengundang tambahan nikmat untuk suaminya. Termasuk rezeki.  Punya suami, bersyukur. Menjadi ibu, bersyukur. Anak-anak bisa mengaji, bersyukur. Suami memberikan nafkah, bersyukur. Suami memberikan hadiah, bersyukur. Suami mencintai setulus hati, bersyukur. Suami memberikan kenikmatan sebagai suami istri, bersyukur.

“Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan: jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmatKu) maka sesungguhnya adzabku sangat pedih” (QS. Ibrahim: 7)

2. Istri yang tawakal kepada Allah

Di saat seseorang bertawakkal kepada Allah, Allah akan mencukupi rezekinya.

“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath Thalaq: 3)

Jika seorang istri bertawakkal kepada Allah, sementara dia tidak bekerja, dari mana dia dicukupkan rezekinya. Allah akan mencukupkannya dari jalan lain, tidak selalu harus langsung diberikan kepada wanita tersebut. Bisa jadi Allah akan memberikan rezeki yang banyak kepada suaminya, lalu suami tersebut memberikan nafkah yang cukup kepada dirinya.

3. Istri yang baik agamanya

Rasulullah menjelaskan bahwa wanita dinikahi karena empat perkara. Karena hartanya, kecantikannya, nasabnya dan agamanya.

“Pilihlah karena agamanya, niscaya kamu beruntung” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Beruntung itu beruntung di dunia dan di akhirat. Beruntung di dunia, salah satu aspeknya adalah dimudahkan mendapatkan rezeki yang halal.

Coba kita perhatikan, insya Allah tidak ada satu pun keluarga yang semua anggotanya taat kepada Allah kemudian mereka mati kelaparan atau nasibnya mengenaskan. Lalu bagaimana dengan seorang suami yang banyak bermaksiat kepada Allah tetapi rezekinya lancar? Bisa jadi Allah hendak memberikan rezeki kepada istri dan anak-anaknya melalui dirinya. Jadi berkat taqwa istrinya dan bayi atau anak kecilnya yang belum berdosa, Allah kemudian mempermudah rezekinya. Suami semacam itu sebenarnya berhutang pada istrinya.

4. Istri yang banyak beristighfar

Di antara keutamaan istighfar adalah mendatangkan rezeki. Hal itu bisa dilihat dalam Surat Nuh ayat 10 hingga 12. Bahwa dengan memperbanyak istighfar, Allah akan mengirimkan hujan dan memperbanyak harta.

“Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu’, sesunguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, memperbanyak harta dan anak-anakmu, mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) sungai-sungai untukmu” (QS. Nuh : 10-12)

5. Istri yang gemar silaturahim

Istri yang gemar menyambung silaturahim, baik kepada orang tuanya, mertuanya, sanak familinya, dan saudari-saudari seaqidah, pada hakikatnya ia sedang membantu suaminya memperlancar rezeki. Sebab keutamaan silaturahim adalah dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya.

“Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturrahmi.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

6. Istri yang suka bersedekah

Istri yang suka bersedekah, dia juga pada hakikatnya sedang melipatgandakan rezeki suaminya. Sebab salah satu keutamaan sedekah sebagaimana disebutkan dalam surat Al Baqarah, akan dilipatgandakan Allah hingga 700 kali lipat. Bahkan hingga kelipatan lain sesuai kehendak Allah.

Jika istri diberi nafkah oleh suaminya, lalu sebagiannya ia gunakan untuk sedekah, mungkin tidak langsung dibalas melaluinya. Namun bisa jadi dibalas melalui suaminya. Jadilah pekerjaan suaminya lancar, rezekinya berlimpah.

“Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir ada seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 261)

7. Istri yang bertaqwa

Orang yang bertaqwa akan mendapatkan jaminan rezeki dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan ia akan mendapatkan rezeki dari arah yang tak disangka-sangka. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ath Talaq ayat 2 dan 3.

“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka” (QS. At Thalaq: 2-3)

8. Istri yang selalu mendoakan suaminya

Jika seseorang ingin mendapatkan sesuatu, ia perlu mengetahui siapakah yang memilikinya. Ia tidak bisa mendapatkan sesuatu tersebut melainkan dari pemiliknya.

Begitulah rezeki. Rezeki sebenarnya adalah pemberian dari Allah Azza wa Jalla. Dialah yang Maha Pemberi rezeki. Maka jangan hanya mengandalkan usaha manusiawi namun perbanyaklah berdoa memohon kepadaNya. Doakan suami agar senantiasa mendapatkan limpahan rezeki dari Allah, dan yakinlah jika istri berdoa kepada Allah untuk suaminya pasti Allah akan mengabulkannya.

“DanTuhanmu berfirman: Berdoalah kepadaKu niscaya Aku kabulkan” (QS. Ghafir: 60)

9. Istri yang gemar shalat dhuha

Shalat dhuha merupakan shalat sunnah yang luar biasa keutamaannya. Shalat dhuha dua raka’at setara dengan 360 sedekah untuk menggantikan hutang sedekah tiap persendian. Shalat dhuha empat rakaat, Allah akan menjamin rezekinya sepanjang hari.

“Di dalam tubuh manusia terdapat 360 sendi, yang seluruhnya harus dikeluarkan sedekahnya.” Mereka (para sahabat) bertanya, “Siapakah yang mampu melakukan itu wahai Nabiyullah?” Beliau menjawab, “Engkau membersihkan dahak yang ada di dalam masjid adalah sedekah, engkau menyingkirkan sesuatu yang mengganggu dari jalan adalah   Maka jika engkau tidak menemukannya (sedekah sebanyak itu), maka dua raka’at Dhuha sudah mencukupimu.” (HR. Abu Dawud)

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Wahai anak Adam, janganlah engkau luput dari empat rakaat di awal harimu, niscaya Aku cukupkan untukmu di sepanjang hari itu.” (HR. Ahmad)

10. Istri yang taat dan melayani suaminya

Salah satu kewajiban istri kepada suami adalah mentaatinya. Sepanjang perintah suami tidak dalam rangka mendurhakai Allah dan RasulNya, istri wajib mentaatinya.

Apa hubungannya dengan rezeki? Ketika seorang istri taat kepada suaminya, maka hati suaminya pun tenang dan damai. Ketika hatinya damai, ia bisa berpikir lebih jernih dan kreatifitasnya muncul. Semangat kerjanya pun menggebu. Ibadah juga lebih tenang, rizki mengalir lancar..."

Semoga bermanfaat

📲 Grup WhatsApp MMC [Muslim Muslimah Cerdas]

💬 Share yuk mudah-mudahan teman anda mendapat faedah ilmu dari status yang anda bagikan dan menjadi pembuka pintu amal kebaikan bagi anda.. aamiin.

Labels:

Maha Samara Gita

Maha Samara Gita adalah singkatan dari Mahabbah, Sakinah, Mawaddah, Rahmah, Amanah, Ghayah, Ibadah, dan Tarbiyah, yang menjadi delapan unsur pengikat suami istri dalam kehidupan berumah tangga. Mahabbah Pernikahan dan hidup berumah tangga harus dilandasi oleh mahabbah atau cinta. Bukan sembarang cinta. Karena cinta utama setiap hamba adalah kepada Sang Pencipta. Manusia harus mencintai Allah di atas segalanya. Dialah sumber segala kehidupan, dariNya kita berasal dan kepadaNya kita akan kembali. Ini adalah cinta dari segala cinta, mencintai Sang Maha Pengasih dan Penyayang, Maha Rahman dan Rahim. Kecintaan kepada Allah ini harus diikuti dengan cinta kepada Nabi mulia, Muhammad Saw. Nabi utusan Allah yang telah memberikan teladan paripurna dalam segala aspek kehidupan. Karena segala aturan Sang Maha Pencipta, dicontohkan pelaksanaannya oleh Nabi mulia Saw. Untuk itu setiap hamba yang bertaqwa harus bersedia mengikuti aturan yang dibuat oleh Sang Pencipta, yang dicontohkan oleh Nabi-Nya. Nabi saw bersabda: “Menikah adalah sunnahku, maka barangsiapa tidak suka dengan sunnahku,  ia bukan termasuk golonganku” (Hadits Riwayat Ibnu Majah dari Aisyah ra). Telah lengkap teladan dari Nabi Saw, termasuk dalam hal membina kehidupan rumah tangga. Inilah esensi mahabbah. Di atas landasan kecintaan kepada Allah dan Rasul, suami dan istri saling mencintai satu dengan yang lainnya. Cinta yang benar dan mulia, cinta yang proporsional. Mencintai suami, mencintai istri dalam rangka mencintai Allah. Itulah mahabbah. Sakinah Suami istri terikat oleh suasana sakinah yang muncul di antara mereka. Pernikahan telah menumbuhkan ketenteraman, ketenangan atau kedamaian. Sebuah suasana yang nyaman dan sejuk, yang hanya bisa didapatkan oleh orang yang sudah menikah secara sah. Rasa sakinah ini membuat suami dan istri selalu merasa nyaman dalam kebersamaan. Al Qur’an (Ar Rum : 21) menyatakan, berpasangan adalah sebagian dari tanda-tanda kebesaran Allah yang terhampar di muka bumi. Allah menciptakan laki-laki dan perempuan sebagai pasangan, yang dengan menikah mereka dikarunia rasa cenderung, tenang dan tenteram. Sebuah perasaan yang tidak akan bisa didapatkan oleh pasangan yang tidak menikah secara sah. Keberadaan suami membuat isteri tenang dan tenteram, demikian pula keberadaan istri membuat suami tenang dan tenteram. Nabi Saw mengarahkan para pemuda yang sudah mampu untuk segera menikah, karena dengan menikah inilah berbagai gejolak syahwat bisa dikendalikan dan disalurkan secara benar. Dengan demikian jiwa menjadi tenang dan tenteram. Inilah ikatan sakinah, dimana suami dan istri saling memerlukan untuk memberikan dan mendapatkan ketenteraman dari pasangannya. “Wahai para pemuda, barangsiapa telah mampu di antara kalian hendaklah melaksanakan pernikahan, karena ia dapat menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan (kehormatan). Barangsiapa tidak mampu hendaklah berpuasa, karena ia menjadi benteng perlindungan”  (Hadits Riwayat Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa’i). Mawaddah Suami dan istri juga terikat oleh mawaddah, yaitu gairah cinta membara. Cinta yang menggebu-gebu dan berkobar-kobar kepada pasangan. Cinta ini bercorak sangat fisik. Interaksi dan kontak fisik yang sangat intim, yang hanya boleh dilakukan oleh orang yang sudah menikah. Mawaddah adalah cinta yang tanpa batas dan tanpa jarak. Hanya bisa didapatkan oleh pasangan yang telah menikah secara sah. Mereka bisa saling menikmati tubuh pasangan sebagai sebuah fasilitas yang Allah berikan untuk bersenang-senang dan mendapatkan kebahagiaan. Tiada perasaan yang lebih kuat dibandingkan ketertarikan terhadap pasangan jenis, sebagaimana firmanNya: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang” (QS. Ali Imran: 14). Nabi Saw bersabda: “Tidak ada yang bisa dilihat [lebih indah] oleh orang-orang yang saling mencintai seperti halnya pernikahan” (Hadits Riwayat Al Hakim, disahihkan dengan syarat-syarat Muslim). Rata-rata gambaran mawaddah ini muncul pada pasangan muda. Ekspresi cinta mereka demikian menggelora, seakan tidak mau terpisahkan satu dengan yang lainnya. Itulah sebabnya jika menikah pada usia muda, akan lebih optimal dalam menikmati keindahan dan kebahagiaan bersama pasangan. Rahmah Suami istri terikat oleh rahmah, yaitu perasaan kasih sayang yang mendalam. Kasih sayang yang dewasa dan tidak lagi bercorak fisik. Bukan luapan rasa yang menggelora dan menggebu-gebu. Bahkan tampak seperti mengendap. Mereka sudah berada dalam kondisi kesejiwaan, bahkan tidak lagi mampu menyebutkan atas alasan apa mereka saling mencinta. Kasih sayang mereka demikian mendalam, tidak lagi terbatas pada romantisme kata-kata dan pelukan atau cium mesra. Dengan perasaan rahmah ini membuat suami istri bisa menikmati kebahagiaan dan kebersamaan hingga usia tua. Kontak fisik sudah tidak dominan, namun lebih dominan saling mengerti, saling memahami, saling menghormati dan saling memberi yang terbaik untuk pasangan. Puisi Sapardi Djoko Damono “Aku Ingin” berikut ini, bisa mewakili penjelasan rasa rahmah yang muncul pada pasangan suami istri. Gambaran cinta dan kasih sayang pada pasangan yang sudah lanjut usia. Mereka berbahagia menikmati kebersamaan hingga usia senja. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana: dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu   Aku ingin mencintaimu dengan sederhana: dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada   Dengan rahmah inilah pasangan suami istri tetap bisa berada dalam suasana bahagia sepanjang masa. Ini merupakan karunia Allah yang luar biasa indahnya dalam kehidupan keluarga. Mawaddah hanya bisa dinikmati secara optimal pada usia muda atau pengantin baru. Namun rahmah bisa dinikmati oleh siapa saja, pada usia berapa saja. Amanah Suami istri terikat oleh prinsip amanah yaitu tanggung jawab dan saling percaya. Hal ini karena ada mas’uliyah atau tanggung jawab yang melekat pada mereka berdua. Mas’uliyah menghajatkan sifat amanah. Ada peran dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh suami dan istri sejak mengucapkan ijab qabul. Mereka tidak boleh berlaku sewenang-wenang terhadap pasangan, karena ikatan akad nikah adalah amanah yang harus dijaga dan dipertahankan. Istri adalah amanah bagi suami untuk dijaga dan dipenuhi haknya. Suami adalah amanah bagi istri untuk dijaga dan dipenuhi haknya. Dimensi penunaian amanah ini adalah dunia akhirat. Di dunia, apabila amanah tidak ternunaikan, akan menyebabkan kezaliman. Sementara itu Allah akan meminta pertangungjawaban atas penunaian amanah tersebut di akhirat kelak. Perasaan tanggung jawab ini menjadi ikatan yang kokoh agar suami dan istri tidak saling mengkhianati. Mereka akan berlaku sebaik-baiknya terhadap pasangan karena menyadari bahwa ada mas’uliyah yang harus mereka tunaikan dengan sepenuh amanah. Nabi Saw bersabda, “Kullukum ra-in wa kullukum mas-ulun ‘an ra-iyyatih”. Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Suami tidak boleh zalim terhadap istri dan anak-anak, demikian pula istri tidak boleh zalim terhadap suami dan anak-anak. Kezaliman akan melahirkan penderitaan serta kesengsaraan. Suami da istri harus menjaga amanah sebaik-baiknya, dan ditunaikan dengan sepenuh perasaan tanggung jawab. Ghayah Suami dan istri terikat oleh ghayah, yaitu tujuan-tujuan mulia dalam pernikahan dan berumah tangga. Menikah jangan sampai hanya karena accident, atau semata-mata karena memenuhi dorongan nafsu. Pernikahan adalah sarana untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang utama baik bagi pribadi, keluarga, masyarakat, negara bahkan peradaban dunia. Pernikahan dan berumah tangga bukan hanya mendapatkan tujuan-tujuan sementara dalam kehidupan dunia, namun sekaligus tujuan untuk menggapai surga bersama kelak di akhirat. Ini merupakan ikatan yang bercorak ideologis, bahwa pernikahan bukanlah tujuan, tetapi merupakan sarana untuk mencapai tujuan mulia. Ikatan ini menuntut suami dan istri selalu melakukan usaha serius agar tujuan-tujuan tersebut bisa tercapai. Pada sebagian kalangan masyarakat kita, menikah itu seakan urusan pribadi semata-mata. Bahwa ada seorang lelaki dan seorang perempuan yang saling tertarik dan memutuskan untuk menikah. Padahal ada sangat banyak tujuan menikah dan berkeluarga, yang bukan hanya menyangkut urusan pribadi. Bahkan pernikahan itu menyangkut negara dan peradaban dunia. Hal ini sudah saya bahas dalam postingan terdahulu di Kompasiana, silakan lihat kembali di http://www.kompasiana.com/pakcah/tujuan-tujuan-mulia-menikah-dan-berkeluarga_552b76c86ea83402608b456d. Ibadah Menikah adalah bagian utuh dari ibadah. Bukan semata dorongan syahwat atau instink manusia dewasa. Menikah harus dilandasi dengan motivasi yang kuat, lurus dan benar, yaitu untuk beribadah kepada Allah. Niat ini yang membedakan antara suatu pernikahan yang bernilai ibadah dan mendapatkan pahala dari setiap titik imteraksinya, dengan pernikahan yang semata-mata menjalani keinginan. Dalam kehidupan berumah tangga, suami istri harus saling menguatkan dalam ibadah. Mereka berusaha untuk menciptakan suasana ibadah dalam kehidupan keluarga. Bahkan semua titik interaksi antara suami istri dalam kehidupan sehari-hari harus bernilai dan bermuatan ibadah. Hidup berumah tangga bukan hanya untuk bersenang-senang dan melampiaskan segala hasrat sesaat secara halal. Namun suami istri harus mengokohkan ibadah dalam kehidupan keseharian. Nabi Saw bersabda,  “Apabila seorang hamba menikah maka telah sempurna separuh agamanya, maka takutlah kepada Allah untuk separuh sisanya” (Hadits Riwayat Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman). Nabi Saw juga mengarahkan suami dan istri agar saling menguatkan dalam ibadah. Salah satunya, beliau mendoakan ummatnya mendapatkan rahmat Allah dari aktivitas suami istri yang saling membangunkan shalat malam. “Semoga Allah merahmati seorang laki-laki yang bangun di waktu malam lalu shalat dan ia pun membangunkan istrinya lalu sang istri juga shalat. Bila istri tidak mau bangun, ia percikkan air ke wajahnya. Semoga Allah juga merahmati seorang perempuan yang bangun di waktu malam lalu ia shalat dan ia pun membangunkan suaminya. Bila suami enggan untuk bangun, ia pun memercikkan air ke wajahnya” (Hadits Riwayat An Nasa’i. Hadits senada juga diriwayatkan Abu Dawud dan Tirmidzi). Ini menandakan pentingnya menegakkan dan menjaga suasana ibadah dalam kehidupan rumah tangga. Tarbiyah Suami dan istri terikat oleh proses tarbiyah, yaitu saling memberikan pembinaan, pendidikan, pengingatan dan pengokohan dalam kebaikan. Pada dasarnya semua manusia memerlukan pendidikan, pembinaan dan pengingatan. Pendidikan yang paling fundamental harus terjadi dalam keluarga. Suami dan istri berkolaborasi untuk menguatkan suasana tarbiyah dalam kehidupan rumah tangga. Berbagai sarana bisa mereka hadirkan untuk menguatkan tarbiyah ini. Apalagi ketika mereka sudah menjadi orang tua dengan hadirnya anak-anak. Pada situasi itu semakin menguatkan urgensi tarbiyah dalam keluarga. Karena anak-anak adalah amanah yang harus dijaga dengan tarbiyah yang baik. Orang tua wajib mendidik, membina, mengingatkan, mengarahkan anak-anak agar selalu berada dalam keimanan, kebenaran dan kebaikan. Orang tua tidak bisa melarikan diri dari tanggung jawab tarbiyah kepada anak-anak mereka. Sebagaimana pelajaran penting yang kita dapatkan dari kisah Luqman yang diabadikan dalam Al Qur’an: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar" (QS. Luqman : 13). Luqman telah menjadi salah satu contoh orang tua yang memberikan pendidikan dan pembinaan kepada anak-anaknya agar menjadi manusia salih. Hal itu hanya bisa terjadi apabila suami dan istri berkolaborasi untuk menciptakan suasana tarbiyah di dalam rumah. Semua anggota keluarga harus mendapatkan pembinaan secara kontinyu di dalam rumah. Bukan hanya mengandalkan sekolah atau lembaga pendidikan formal saja, namun tarbiyah harus bermula dari rumah. Demikianlah delapan ikatan antara suami dan istri yang membuat kehidupan keluarga menjadi kokoh dan bahagia. Semoga kita bisa mendapatkan dan menjaga Maha Samara Gita dalam kehidupan keluarga.

Selengkapnya : http://m.kompasiana.com/pakcah/maha-samara-gita-delapan-pengikat-suami-istri_5

Labels: